Rabu, 13 Januari 2016

Masa Penantian

Memasuki tahun 2016, banyak film dan buku ayang masuk waiting list saya
Buku paling ditunggu tentu Intelegensi Embun Pagi (IEP) karya mak  Dewi Lestari (Dee). Kangen berat sama Zarah amala. <3 :) 
Tapi karena belum jelas kapan terbitnya (katanya sih,,akhir trimester awal 2016), sementara saya PO Hujan-nya bang Tere Liye dan novel Muhammad sang penggenggam Hujan karya Tasaro GK. baru kali ini  saya coba baca karya beliau. Kalau Muhammad 3 isinya bagus, saya akan coba koleksi 2 seri sebelumnya. 
Berhubung masih PO dan bukunya belum sampai, jadi isi dan review belum bisa diposting yaa. 

Minggu, 03 Januari 2016

catatan ibu hamil : Blighted Ovum

Catatan ibu hamil
Setiap peristiwa ada sebab-akibatnya
Setiap rasa sakit ada penawarnya- setiap kesulitan pasti diikuti kemudahan yang membahagiakan
Alhamdulillah hari ini saya masih diberi kesempatan dan kelimpahan rezeki dari Allah (yang kebanyakan gratis malah) anugerah kesempatan, anugerah bernafas, oksigen melimpah, fungsi organ tubuh yang berjalan baik, dan tentu saja nikmat merasakan gerakan-gerakan kecil di perut buncit saya ini. Setiap saya merasakan gerakan itu, saya selalu mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga, teringat pengalaman kehamilan pertama saya yang bisa dibilang agak menegangkan. Saya mengalami BO (Blighted Ovum) atau biasa disebut kehamilan kosong.
Sebagai pasangan muda, kami memang tak terlalu ngoyo masalah memiliki momongan. Dikasih cepat Alhamdulillah¸ menunggu pun tak apa (asal jangan terlalu lamaaa :D). saat usia pernikahan 3 bulan, tepatnya bulan September 2014, Alhamdulillah saya dinyatakan positif hamil. Senang? Tentu, kami sangat bersyukur. Walaupun dalam hati saya masih agak was-was, maklum belum berpengalaman. Selain itu, saya agak kepikiran dengan aktivitas saya yang –lumayan- padat. Mengajar MI dari pukul 07.00-14.30 dan MTs sampai pukul 16.00 WIB. Setelah itu saya bantu-bantu suami menyiapkan keperluan berdagang sampai magrib, ba’da magrib mengajar privat, setelah itu ikut nongkrong di warung sampai kira-kita pukul 22.00. Tapi saya berusaha yakin Insya Allah bisa dan kuat.
Menjalani kehamilan trimester pertama itu luarrrr biasa. Terutama mual dan pusingnya. Saya tak mampu masuk dapur, pasti pusing dan muntah-muntah mencium baunya. Apalagi memasak, gak kuaaaat. Saya berusaha mengatasi semua keluhan hamil muda itu. Berusaha mengajar seperti biasa, walaupun lemaaaas, tetap mengendarai motor kemanapun, tetap bantu-bantu di warung walaupun kadang hampir kepingin menangis karena kelelahan. Kami memang berkomitmen untuk mandiri, sehingga tinggal terpisah dari orang tua, dan baru merintis usaha sendiri. Tak tega rasanya saya meninggalkan suami berdagang sendirian. Karena kalau sedang ramai, pelanggan nasi uduk kami berjubel, antriannya panjang, sampai suami kewalahan Alhamdulillah, padahal usaha kami baru berjalan kira-kira 6 bulanan. Karena suami saya pun belum benar-benar memahami bagaimana seharusnya memperlakukan ibu hamil, dia tak pernah melarang apapun. Mungkin terkesan agak cuek dan tidak rempong ataupun protektif, Tapi itu memang wajar, mengingat kami belum punya pengalaman apapun tentang menjaga makhluk kecil dalam rahim saya ini.
Lalu hari itu datang. Hari ahad 5 Oktober 2014. Tepat di hari raya Idul adha
Ba’da magrib saya dan suami berangkat ke Ciputat, teman-teman TPQ Fathullah -tempat saya pernah mengajar- puny agenda rutin bakar-bakar sate. Okelah saya datang, acaranya ba’da isya sehingga saya mampir ke kosan teman yang pengantin baru. Ngasih kado pernikahan sekaligus silaturahmi. Disana saya merasakan keganjilan, perut saya agak mulas. Saya pun menumpang ke kamar kecil dan memeriksa. Teryata ada sedikit darah kecoklatan alias flek.
Jujur, saya shock, agak tegang. Tapi saya berusaha husnuzzhan. Mungkin hanya kelelahan atau ada faktor lain. Akhirnya saya putuskan untuk cek ke bidan terdekat. Kami pun meluncur ke Bidan Marlina, (dekat fly over pasar ciputat). Disana saya hanya disarankan untuk beristirahat, bedrest dan diberi obat penguat. Saya pun ambil cuti 3 hari dari sekolah, beristirahat di rumah. Tapi karena saya biasa gak bisa diam, tetap saya di rumah saya mencuci, cuci piring, menyapu, alias tetap beres-beres rumah seperti biasa. Kami berdua belum memahami benar-benar apa itu makna bedrest.
Selama hari Senin-Rabu saya bukan merasa lebih baik, malah mulas yang saya alami menjadi semakin parah. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan USG. Dan……….. dokter dengan begitu lugasnya langsung memvonis saya mengalami kehamilan kosong, alias Blighted Ovum (biasa disingkat BO). Janin saya tak berkembang, tak tertolong, kalau fleknya berlanjut dengan pendarahan hebat harus segera melakukan kuretase. Kalaupun pendarahan tidak berlanjut, harus menunggu 2 minggu dan  USG ulang, jika tak ada perubahan harus tetap dikuret. Saya shock. Tidak siap dengan kemungkinan tersebut. Dari awal kehamilan, saya selalu meyakini bahwa saya dan calon bayi akan sehat tanpa mau bersusah hati memikirkan atau mencari info kemungkinan-kemungkinan seperti ini.
Penampakan kantung rahim setelah USG


Akhirnya setelah vonis itu, kami berdua baru tergopoh-gopoh mencari informasi tentang BO, dan suami pun –atas saran keluarga- mengusahakan untuk membuat kartu BPJS (saat itu di daerah kami belum banyak yang menggunakan layanan BPJS) , sambil berdoa semoga janin kami masih bisa dipertahankan. Saya pun  memperpanjang izin sampai 1 minggu. Hari kamis, Setelah pulang dari dokter kandungan mulas saya semakin menjadi-jadi, tetapi belum terjadi pendarahan sehingga saya hanya berbaring dan berzikir untuk menahan rasa sakitnya.
Malamnya, pendarahan mulai keluar, saya dan keluarga panik, kami pun terburu-buru menuju RSUD di kota kami. Disana saya dan suami sangat jengkel dengan pelayanan yang minim, serta perawat yang masya Allah judesnyaaa. perawat tersebut mengecek jalan lahir, memasukkan 2 jarinya begitu saja (tanpa peringatan) membuat saya kaget luar biasa. Ia  bilang belum ada pembukaan, jadi belum bisa ditangani. Saya hanya diberi obat penghilang rasa sakit, yang dimasukkan melalui dubur, setelah itu disuruh pulang. Ya… disuruh pulang. Saya yang sudah kehabisan tenaga, hanya bisa mengikuti apa kata dokter dan keluarga besar saja.  
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan.Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
Jumat, hari bersejarah, menyedihkan, sekaligus agak lucu untuk dikenang
Setelah diberi obat penghilang rasa sakit, saya pun bisa memejamkan mata, karena memang mulasnya hilang, hanya pendarahan yang belum mau berhenti. Pukul 10.00 WIB teman-teman mengajar saya pun datang menjenguk. Alhamdulillah saya merasa sangat terhibur, karena canda tawa mereka. Namun ternyata Allah memang punya skenario istimewa dengan hadirnya teman-teman saya ini. Pukul 11.30 ketika para lelaki di sekitar rumah sudah berangkat shalat jumat, efek obat pudar, saya tak kuasa menahan sakit, mulasnya datang dengan lebih dahsyat. Pendarahan semakin banyak. Mama saya yang sedang momong adik yang baru 1 tahun kebingungan, tak berpengalaman, tak tahu harus bagaimana. Untunglah masih ada teman-teman guru di sisi saya. Alhasil merekalah yang luar biasa cekatan mengurus saya. Mencarikan klinik terdekat, memesan taksi, sampai menggotong saya yang sudah tak bertenaga ke depan gang, menuju taksi (gang rumah saya sempit, hanya muat 1 sepeda motor saja). suami saya yang masih mengurus pengambilan karti di kantor BPJS, tak bisa dihubungi, sedang shalat rupanya. Kalau diingat-ingat sekarang, jujur saya geli sendiri, membayangkan diri saya merintih-rintih sambil digotong. Duh, malunya!.  (terimakasih tak terhingga untuk rekan guruku  tersayang… Bu Niar, Bu Nur, Bu Sarah, Bu Hj. Dewi, Bu lia I love you All J)
Sesampainya di klinik pukul 13.30, ternyata, oh ternyata dokter kandungannya belum hadir karena masih menangani pasien. Saya baru bisa ditindak jam 15.30. saya pun menunggu lagi, dengan menahan sakit yang luar biasa. Alhamdulillah karena kelelahan Allah memberi saya kesempatan untuk ketiduran selama  90 menit. Jadi waktu menuggu yang menyakitkan agak berkurang.
Jujur…. Sedari kecil saya amat takut dengan jarum suntik. Ketika tahu saya akan dikuret pun, saya ketakutan, takut prosesnya akan menyakitkan. Ternyata segala rasa cemas dan takut itu sudah tergilas habis oleh rasa sakit akibat kontraksi yang saya alami. Yang ada di pikiran saya hanya satu. Bagaimanapun caranya ya Allah.. tolong sudahi rasa mulas ini. Dibanding mulas yang menyiksa, suntik dan tetek bengek lainnya ternyata hanya persoalan kecil saja. tak ada setitik kecil rasa sakitnya bila dibandingkan.
Setelah setengah jam yang menyiksa, dengan pendarahan yang terus-menerus (sensasinya luarrrrrr biasa) dokter pun datang, saya dibius dan dimulailah prosedur kuret. Karena bius total, saya tak merasakan apapun. Tahu-tahu saya bangun tidur dan semuanya sudah selesai. Mulas sudah tak terasa, pendarahan sUdah berhenti keluar. Hanya sisa sisa sedikit saja. saya masuk ruang perawatan, bersih-bersih, ganti baju dan  dirawat hanya 1 malam saja. sabtu pagi sudah boleh pulang. Alhamdulillah
Tahukah kawan, bagi seorang perempuan yang mengalami keguguran, bukan rasa mulas atau sakitnya yang paling menghancurkan. Tapi rasa kehilangan yang paling terasa menyakitkan. Pasti ada pertanyaan-pertanyaan negatif yang menghantui tentang Kenapa saya harus mengalami ini?. Saya pun sama, beberapa hari kondisi mental saya drop, menangisi sisa-sisa janin saya yang sudah terkubur, merasa bersalah karena tak bisa menjaganya dengan baik. Apalagi jika ada teman, tetangga atau kerabat yang kembali menanyakan kronologi kejadiannya, atau menanyakan kabar dan tiba-tiba berkata “kamu sih, lagi hamil bukannya di jaga! Malah sembarangan”. Duh!, nyeri rasanya hati ini.
Tapi Alhamdulillah seperti kata pepatah, biarlah waktu yang membasuh segala luka (hmmm), pelan-pelan saya bisa move on. Dan saya pun sudah bertekad tak ingin lama-lama tenggelam dalam kesedihan. Setelah sedihnya reda, ternyata banyaak hikmah dan pelajaran yang ada dibalik semua kesedihan itu. Kami sebagai calon orang tua lebih siap baik secara financial, mental, maupun informasi dengan berbagai hal tentang kehamilan, dan suami pun jadi jauuuh lebih perhatian dan care  katika saya mengandung kembali. J





Minggu, 27 Desember 2015

resensi novel: PULANG

Sebuah resensi novel, karya Tere Liye



Judul                                   : Pulang
Penulis                                : Tere Liye
Penerbit                              : Republika
Tahun terbit                         : 2015
Jumlah halaman                   : 400

Tokoh sentral dalam Pulang adalah pemuda bernama Agam. Orang dekat mengenalnya sebagai Bujang, sedangkan di dunia tempat ia berpetualang, julukannya istimewa: “si Babi Hutan” .  karena Bujang adalah tokoh utama, tentunya ia memiliki karakter istimewa yang membuat pembacanya terhanyut. Dan karakter itu sudah ditegaskan oleh sang penulis di halaman pertama, bujang tidak memiliki rasa takut. Selain itu, ia pun digambarkan sebagai tokoh yang cerdas, kuat (fisik dan mental) serta keras kepala.
Ada beberapa fase kehidupan bujang yang diceritakan disini. Pertama, fase awal. Kehidupan masa kecilnya di desa terpencil, dengan kondisi seadanya serta bagaimana mamak dan bapak sang bujang mendidiknya. Kondisi yang pedih. Bukan karena perekonomian yang sulit. Tetapi kepedihan itu bersumber dari masa lalu bapak dan ibunya, samad dan Midah. Samad merupakan keturunan perewa atau bandit-penjahat-preman (apapun sebutannya di tempat lain). Cinta mereka dihujat oleh banyak orang. Hanya karena  Samad adalah keturunan perewa dan dianggap tak pantas menikah dengan putri seorang ulama. Disinilah kita bisa mengambil pelajaran, bahwa keindahan ajaran agama bisa terhapuskan oleh tingkah pongah para penganutnya. Bahkan mengundang kepahitan disepanjang hidup seorang anak manusia. Samad yang berusaha keras menjadi orang baik, berbalik membenci segala hal yang berbau agama, karena ia dianggap sampah hanya karena masalah keturunan.
Fase selanjutnya adalah kehidupan bujang setelah hidup dalam naungan keluarga Tong, salah satu klan penguasa shadow economy di Indonesia. Tempat bapaknya dulu menjadi tukang pukul semasa muda.  Disinilah terkuak kualitas bujang yang luar biasa. Awalnya, sang pemimpin klan, tauke besar ingin mendidik bujang sebagai seorang yang intelek. Ia hanya membolehkan bujang belajar, mengejar pendidikan setinggi-tingginya agar keluarga Tong bisa memperoleh cara untuk melebarkan sayapnya dengan memanfaatkan kecerdasan bujang. Ternyata Tauke Besar mendapatkan lebih dari itu. Bujang tumbuh menjadi “jagal nomor satu”, penyelesai konflik tingkat tinggi. Paduan antara ketenangan, otak cerdas, pengetahuan, serta kemampuan fisik (berkelahi, ilmu ninjutsu, serta ahli menembak) yang istimewa, sehingga ia dikenal oleh para pelaku shadow economy lainnya dengan gelar “si Babi Hutan”.

Lalu, apa kaitan judul dan tema utama PULANG  dalam kisah si babi Hutan ini?
Kalimat PULANG  pertama kali ditekankan oleh Midah ketika ia melepas bujangnya untuk ke kota. Midah berpesan agar bujang menjaga perutnya dari makanan kotor dan haram. Ia berkata:

Berjanjilah kau akan menjaga perutmu dari semua itu bujang. Agar…. Agar besok lusa, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu pulang”

Hikmah dan nasihat dalam PULANG mulai banyak bertebaran dalam fase ketiga. Ketika bujang menghadapi dua macam masa sulit. Yaitu masa ketika ia kehilangan tiga orang yang paling dicintai dan ia hormati, serta masa ketika ia menghadapi pengkhianatan rekan terdekatnya, basyir.
Bapak dan mamaknya meninggal tanpa pernah bisa ia lihat. Bahkan kabar itu hanya ia dapatkan dari dua pucuk surat dari kampung. Hati bujang hancur. Ketika tauke besar meninggal dalam peristiwa pengkhianatan Basyir, bujang pun menyadari bahwa selama ini ia masih punya tiga lapis ketakutan. Ketakutan akan kehilangan Tiga orang tempat hatinya bernaung, yaitu bapak, mamak dan tauke besar. Setelah lapisan terakhirnya rontok, ia kehilangan inspirasi. Ketakutan mulai menghantuinya. ia pun mulai mengalami disorientasi. Tere liye menggambarkannya dengan sangat mengharukan

“aku menangis tersedu tanpa air mata, tanpa suara. Tauke, hiduplah! Jika tauke juga pergi, maka kemana lagi aku harus pulang?”

Nyata benar disini, bujang belum memahami apa makna PULANG yang dulu mamaknya pesankan.
Bujang kehilangan semangat. Putus asa akan kegagalannya membendung pengkhianatan yang menghancurkan keluarga Tong.
Namun dibalik segala kesulitan itu, cahaya datang. Setelah markas keluarga tong hancur, ia dan parwez berlindung di pesantren milik Tuanku Imam. Kakak tertua dari Midah. Ketika mendengar azan disana, bujang selalu gelisah. Badannya menggigil, dadanya sesak, tulangnya ngilu. Tuanku imam mengetahui hal tersebut, ia juga mengetahui segala derita orang tua bujang dan segala kenangan menyakitkan yang dimiliki bujang. Mengalirlah penjelasan dan nasihat yang mulai membuka hati seorang bujang dan membantunya untuk tidak membenci segala kenangan pahit. Melainkan memeluk erat dan menerima seluruh kebencian itu, dan menemukan ketenangan. Tuanku imam juga menjelaskan poin terpenting dari isi novel ini dalam penggalan nasihatnya:  

“Ketahuilah nak, hidup ini tak pernah tentang mengalahkan siapapun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran. Kau membenci suara azan, misalnya, benci sekali, mengingatkan pada masa lalu. Itu karena kau tidak mau berdamai dengan kenangan tersebut. Adzan jelas adalah mekanisme tuhan memanggil siapapun untuk PULANG ke pangkuan tuhan. Bersujud’
“Agam, kembalilah. Pulang kepada tuhanmu. Aku tahu kau tidak pernah menyentuh setetespun minuman keras dan tidak mengunyah sepotongpun daging babi dan semua yang diharamkan agama. Perutmu bersih, itulah cara mamakmu menjagamu agar tetap dekat saat panggilan PULANG telah tiba.

                Itulah pesan utama untuk bujang, untuk KITA. Bahwa tempat PULANG yang sejati hanyalah kepada Tuhan. Sumber ketenangan sejati adalah Tuhan.
                Setelah bujang menemukan semangatnya kembali, mulailah alur ciamik tentang bagaimana bujang merebut kembali keluarga Tong ke tangannya. Ia dibantu oleh beberapa orang kepercayaan dan beberapa sahabat yang bisa diandalkan dalam pertarungan dan pertempuran tingkat tinggi. Sensasinya seperti sedang menonton James Bond yang beraksi, menegangkan!
Rasanya sudah beberapa novelis yang mengangkat judul yang sama. Lalu dimana letak keistimewaan PULANG-nya bang Tere ini?   
Dari awal buku ini terbit, memang langsung ada di list belanja saya. Karena saya yakin, selalu ada yang istimewa dalam setiap karya beliau. Dan saya pun tak kecewa.
Novel ini banyak menggunakan teknik flashback yang sangat manis. Poin yang sangat bagus. Pembaca tidak dibuat bosan dengan alur kehidupan anak manusia yang runut dari kecil-hingga dewasa. Hal paling menarik dalam flashback tersebut adalah, tentu kisah cinta yang pahit antara Samad-Midah serta sejarah leluhur Bujang dari mamak-bapaknya, dua kakek buyut bak langit dan bumi. Tuanku Agam (dari mamaknya) adalah seorang kyai dan pejuang, sedangkan kakek dari samad adalah Perewa nomor satu di tanah sumatera.
Kemudian hal utama yang selalu jadi kekuatan seorang Tere Liye, yaitu pasti ada bab khusus ketika ia menuturkan hikmah, pembelajaran, nasihat dengan kata-kata yang indah namun tetap ringan dan menyentuh hati tanpa terasa sok puitis. Kali ini nasihat tersebut datang dari sueorang Tuanku imam.
Dari teknik flashback, agak mengingatkan saya dengan sudut pandang penceritaan dalam novel “Rembulan tenggelam di wajahmu” sedangkan tokoh Tuanku Imam meningatkan saya kepada Gurutta dalam novel “RIndu” tapi hal ini bukan sesuatu yang mengganggu. Tentu setiap penulis punya cara khasnya masing-masing dalam mengolah kata.
Hanya satu hal yang sedikit mengganjal dalam benak saya. Yaitu alur cerita yang hampir senada dengan “Negeri para bedebah” dan “Negeri di ujung tanduk”. Baik dalam penokohan serta sentuhan action yang hampir serupa, terutama bagian tentang pengkhianatan oleh orang terdekat. Dan bagaimana usaha sang tokoh untuk menebus hal tersebut. Hal ini menimbulkan tuduhan menggelitik dalam benak saya. Jangan-jangan bang tere penggemar cerita spionase dan film action, lalu bang Tere belum puas menulis 2 novel di atas. Jadi di PULANG ini beliau membuat alur yang hampir serupa J. Bagi pembaca yang sudah menikmati 2 novel diatas mungkin agak terganggu, namun bagi yang belum, novel ini sungguh mengasyikkan!.               
                Novel ini highly recommended buat pembaca yang sering galau karena merasa hidupnya penuh kenangan menyakitkan, penggemar cerita petualangan, penggemar cerita cinta yang pahit-sederhana-tapi manis, serta pembaca yang ingin membaca novel penuh nasihat, tanpa merasa sedang dinasihati.
Namun untuk pembaca yang mengharapkan romantisme klise percintaan antara muda-mudi, siap-siap kecewa ya. apalagi kepo tentang kisah cintanya sang “Babi Hutan”. (mungkin bang tere bersedia membuat sekuelnya? Who knows?)





Review novel : INFERNO

Judul buku                     : Inferno
Penulis                          : Dan Brown
Penerbit                         : Bentang Pustaka
Tahun terbit                   : 2015
Jumlah halaman : 644



Bagi penggemar novel yang bergenre lengkap, karya Dan Brown selalu dinanti. Ia selalu menyuguhkan cerita apik gabungan antara roman, thriller, action, sejarah, dan seni pastinya. Kali ini, Dan Brown mengajak kita untuk mempelajari (lagi) salah satu karya seni fenomenal dalam sejarah, yaitu The Divine Comedy, puisi Epik karya Dante Alighieri yang menceritakan tentang Inferno, dunia-bawah yang menggambarkan neraka sebagai struktur yang rumit serta dihuni oleh entitas-entitas yang dikenal sebagai “arwah”- jiwa tanpa raga yang terperangkap  di antara kehidupan dan kematian. The Divine comedi merupakan bagian pertama. Sedangkan bagian kedua berjudul Purgatorio (Penebusan) dan bagian ketiga berjudu Paradiso (Surga).
Interpretasi Inferno karya Dante ini kemudian dituangkan oleh salah satu seniman besar yang bernama Botticelli yang melukiskan bagaimana gambaran tingkatan neraka versi Dante. Lukisan yang terkenal dengan nama La Mappa dell’Inferno atau dalam bahasa Inggris disebut dengan: Map of Hell. Map of Hell karya Botticelli ini digambarkan sebagai irisan-melintang di bumu denga lubang besar berbentuk corong yang kedalamannya tak terhingga. Lubang neraka ini dibagi menjadi teras-teras menurun dengan penderitaan yang semakin hebat. Setiap tingkat dihuni oleh masing-masing jenis pendosa yang tersiksa.
Cover buku ini suram, menggunakan warna-warna gelap yaitu coklat, hitam dan merah marun, serta menampilkan sesosok wajah (Wajah Dante). Untuk novel thriller, tentu layout ini sangat cocok dengan isi novelnya. Tapi mungkin bagi pembaca yang belum mengenal nama Dan Brown atau belum pernah membaca satupun karyanya, cover semacam ini akan mudah terabaikan begitu saja di rak toko buku jika tidak diletakkan di lokasi yang mencolok mata. Apalagi jika melihat harga bukunya yang “Lumayan”.

Dan Brown membuka novel dengan unik. Biasanya, Mr.Robert Langdon (sang tokoh utama) dalam beberapa pembukaan Novel lainnya memulai awal petualangannya dengan mendapat permohonan, permintaan atau semacamnya, dari seseorang untuk memecahkan suatu permasalahan. Tetapi kali ini, ia terbangun di satu kamar rumah sakit dalam keadaan amnesia dan tiba-tiba harus terlibat kejadian menegangkan. Dokter yang merawatnya ditembak di depan matanya, ia dapat selamat karena bantuan dari Sienna Brooks. Dokter yang ada di kamar perawatan Langdon. Amnesia Langdon inilah yang merupakan kunci utama Dan Brown dalam menyusun cerita yang sebenarnya sederhana, pendek, menjadi panjang dan menegangkan. Setelah lolos dari rumah sakit, dimulailah pelarian-pelarian selanjutnya untuk menghindari seorang pembunuh yang mengincar nyawanya. Seperti biasa, dalam pelarian ini kita disuguhi banyak fakta sejarah, serta berlimpahan karya seni abad pertengahan yang menakjubkan.

Daya tarik utama dalam setiap novel dan Brown adalah pertama berbagai informasi yang berharga. Kali ini, kita disuguhi fakta-fakta tentang sejarah, wabah kematian hitam yang pernah memusnahkan sebagian populasi manusia di benua Eropa, serta fakta mengejutkan tentang ganasnya pertumbuhan (atau ledakan) jumlah manusia di muka bumi ini. Bencana global akibat ledakan penduduk  itulah yang menjadi  tema utama dalam novel ke-4 Dan Brown ini.  Kali ini Dan Brown menghadirkan seorang ilmuwan, doktor ahli rekayasa genetika bernama Dr Zobrist yang sangat peduli akan masa depan kehidupan di bumi jika pertumbuhan penduduk menjadi tidak terkendali. Ia pun menciptakan Virus yang ia anggap merupakan solusi cepat-mudah dan murah bagi masalah tersebut. Ide Zobrist ditentang oleh Direktur utama WHO, Elizabeth Sinskey. Hal ini menimbulkan ironi dan pertanyaan baru bagi pembacanya. Kamu berpihak kemana? Mana yang paling mungkin dilakukan? Teori Zobrist atau Sinskey? . Selain itu, ada juga fakta tentang Konsorsium, organisasi  yang bergerak dalam bidang manipulasi informasi, alias penyedia informasi sesat. Saya yang kurang update ini, baru tahu, ternyata ada bisnis semacam ini. Konsorsium berperan sangan penting dan berkelindan erat dengan amnesia yang dialami oleh Langdon.

Kedua adalah bertebarannya karya seni dan tempat-tempat eksotis dalam novel. Dalam Inferno, kita diajak untuk berpetualang mencari keberadaan topeng kematian Dante ke kota tua yang indah, Florence. Dan Brown menggambarkan dengan sangat detail bangunan bersejarah, serta karya seni di dalamnya sehingga pembaca dapat merasakan sensasi seakan-akan kita benar benar ada di sana. Petunjuk keberadaan topeng Dante tersebut ada di dalam gambar ilustrasi Inferno yang telah dimodifikasi oleh seseorang, dan harus ia pecahkan kodenya. Dalam usaha memecahkan kode peta inferno inilah kita diperkenalkan dengan sosok seniman terkenal, Dante Alighieri serta berbagai karya seni yang terinspirasi oleh karya-karya Dante. By the way topeng kematian tu agak-agak serem ya.. ini penampakannya


           
Dan Brown memang seorang penulis yang penuh kejutan. Ketika saya menikmati The Da Vinci Code, Deception Point dan Angels and Demons saya selalu tertipu dengan karakter antagonis-protagonis di  dalamnya. Dan Brown begitu piawai menuliskan karakter dari tokoh dalam novelnya sehingga kita pun tertipu dan terkaget-kaget. Orang yang kita anggap penyelamat, jagoan, alamaaaaak ternyata dialah penjahatnya!. Saat saya membaca The Last Symbol, saya berhati-hati betul, supaya tak berprasangka tentang siapa tokoh protagonis dan antagonisnya. Dan ternyata saya dipermainkan lagi oleh sang penulis. Katakter antagonis dan protagonis  sudah sudah nyata-nyata ditampakkan sejak awal novel. Betapa meyebalkannya kau mister!

Nah, dalam inferno ini, Dan Brown menunjukkan kembali kejeniusannya sebagai penulis. Kali ini twist yang menipu pembaca bukan hanya di tokoh, tapi alur cerita. Alur cerita yang digunakan oleh penulis dalam Inferno ini sangat menarik. Dalam novel Dan Brown, Pelarian tokoh utama dari tokoh penjahat sudah biasa dan mungkin di awal novel, pembaca yang sudah khatam karya Dan Brown akan mudah bosan dan berburuk sangka, mengira bahwa Inferno jalan ceritanya hanya begitu-begitu saja. Tapi alurnya menjadi tidak biasa dan penuh kejutan  ketika ternyata semua pelarian Langdon ternyata hanya dagelan semata. Saya sampai mengomel sekaligus tertawa sendiri membacanya Kenapa bisa begitu? Kejutan dong.. silahkan baca sendiri supaya lebih puas. J

Depok, 21 Desember 2015
coba-coba buat Blog baru, karena yang lama terlalu ribet