Catatan
ibu hamil
Setiap
peristiwa ada sebab-akibatnya
Setiap
rasa sakit ada penawarnya- setiap kesulitan pasti diikuti kemudahan yang
membahagiakan
Alhamdulillah
hari ini saya masih diberi kesempatan dan kelimpahan rezeki dari Allah (yang
kebanyakan gratis malah) anugerah kesempatan, anugerah bernafas, oksigen
melimpah, fungsi organ tubuh yang berjalan baik, dan tentu saja nikmat
merasakan gerakan-gerakan kecil di perut buncit saya ini. Setiap saya merasakan
gerakan itu, saya selalu mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga, teringat
pengalaman kehamilan pertama saya yang bisa dibilang agak menegangkan. Saya
mengalami BO (Blighted Ovum) atau biasa disebut kehamilan kosong.
Sebagai
pasangan muda, kami memang tak terlalu ngoyo masalah memiliki momongan.
Dikasih cepat Alhamdulillah¸ menunggu pun tak apa (asal jangan terlalu
lamaaa :D). saat usia pernikahan 3 bulan, tepatnya bulan September 2014, Alhamdulillah
saya dinyatakan positif hamil. Senang? Tentu, kami sangat bersyukur. Walaupun
dalam hati saya masih agak was-was, maklum belum berpengalaman. Selain itu,
saya agak kepikiran dengan aktivitas saya yang –lumayan- padat. Mengajar MI
dari pukul 07.00-14.30 dan MTs sampai pukul 16.00 WIB. Setelah itu saya
bantu-bantu suami menyiapkan keperluan berdagang sampai magrib, ba’da magrib
mengajar privat, setelah itu ikut nongkrong di warung sampai kira-kita pukul
22.00. Tapi saya berusaha yakin Insya Allah bisa dan kuat.
Menjalani
kehamilan trimester pertama itu luarrrr biasa. Terutama mual dan pusingnya.
Saya tak mampu masuk dapur, pasti pusing dan muntah-muntah mencium baunya.
Apalagi memasak, gak kuaaaat. Saya berusaha mengatasi semua keluhan hamil muda
itu. Berusaha mengajar seperti biasa, walaupun lemaaaas, tetap mengendarai
motor kemanapun, tetap bantu-bantu di warung walaupun kadang hampir kepingin
menangis karena kelelahan. Kami memang berkomitmen untuk mandiri, sehingga
tinggal terpisah dari orang tua, dan baru merintis usaha sendiri. Tak tega
rasanya saya meninggalkan suami berdagang sendirian. Karena kalau sedang ramai,
pelanggan nasi uduk kami berjubel, antriannya panjang, sampai suami kewalahan Alhamdulillah,
padahal usaha kami baru berjalan kira-kira 6 bulanan. Karena suami saya pun
belum benar-benar memahami bagaimana seharusnya memperlakukan ibu hamil, dia
tak pernah melarang apapun. Mungkin terkesan agak cuek dan tidak rempong ataupun
protektif, Tapi itu memang wajar, mengingat kami belum punya pengalaman apapun
tentang menjaga makhluk kecil dalam rahim saya ini.
Lalu
hari itu datang. Hari ahad 5 Oktober 2014. Tepat di hari raya Idul adha
Ba’da
magrib saya dan suami berangkat ke Ciputat, teman-teman TPQ Fathullah -tempat
saya pernah mengajar- puny agenda rutin bakar-bakar sate. Okelah saya datang,
acaranya ba’da isya sehingga saya mampir ke kosan teman yang pengantin baru. Ngasih
kado pernikahan sekaligus silaturahmi. Disana saya merasakan keganjilan,
perut saya agak mulas. Saya pun menumpang ke kamar kecil dan memeriksa. Teryata
ada sedikit darah kecoklatan alias flek.
Jujur,
saya shock, agak tegang. Tapi saya berusaha husnuzzhan. Mungkin hanya kelelahan
atau ada faktor lain. Akhirnya saya putuskan untuk cek ke bidan terdekat. Kami
pun meluncur ke Bidan Marlina, (dekat fly over pasar ciputat). Disana saya
hanya disarankan untuk beristirahat, bedrest dan diberi obat penguat. Saya pun
ambil cuti 3 hari dari sekolah, beristirahat di rumah. Tapi karena saya biasa
gak bisa diam, tetap saya di rumah saya mencuci, cuci piring, menyapu, alias
tetap beres-beres rumah seperti biasa. Kami berdua belum memahami benar-benar
apa itu makna bedrest.
Selama
hari Senin-Rabu saya bukan merasa lebih baik, malah mulas yang saya alami
menjadi semakin parah. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan USG. Dan………..
dokter dengan begitu lugasnya langsung memvonis saya mengalami kehamilan
kosong, alias Blighted Ovum (biasa disingkat BO). Janin saya tak berkembang,
tak tertolong, kalau fleknya berlanjut dengan pendarahan hebat harus segera
melakukan kuretase. Kalaupun pendarahan tidak berlanjut, harus menunggu 2
minggu dan USG ulang, jika tak ada
perubahan harus tetap dikuret. Saya shock. Tidak siap dengan kemungkinan
tersebut. Dari awal kehamilan, saya selalu meyakini bahwa saya dan calon bayi
akan sehat tanpa mau bersusah hati memikirkan atau mencari info
kemungkinan-kemungkinan seperti ini.
Penampakan kantung rahim setelah USG
Akhirnya
setelah vonis itu, kami berdua baru tergopoh-gopoh mencari informasi tentang
BO, dan suami pun –atas saran keluarga- mengusahakan untuk membuat kartu BPJS
(saat itu di daerah kami belum banyak yang menggunakan layanan BPJS) , sambil
berdoa semoga janin kami masih bisa dipertahankan. Saya pun memperpanjang izin sampai 1 minggu. Hari
kamis, Setelah pulang dari dokter kandungan mulas saya semakin menjadi-jadi,
tetapi belum terjadi pendarahan sehingga saya hanya berbaring dan berzikir
untuk menahan rasa sakitnya.
Malamnya,
pendarahan mulai keluar, saya dan keluarga panik, kami pun terburu-buru menuju
RSUD di kota kami. Disana saya dan suami sangat jengkel dengan pelayanan yang
minim, serta perawat yang masya Allah judesnyaaa. perawat tersebut
mengecek jalan lahir, memasukkan 2 jarinya begitu saja (tanpa peringatan)
membuat saya kaget luar biasa. Ia bilang
belum ada pembukaan, jadi belum bisa ditangani. Saya hanya diberi obat
penghilang rasa sakit, yang dimasukkan melalui dubur, setelah itu disuruh
pulang. Ya… disuruh pulang. Saya yang sudah kehabisan tenaga, hanya bisa
mengikuti apa kata dokter dan keluarga besar saja.
Blighted ovum adalah
keadaan dimana seorang wanita merasa
hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan.Seorang wanita yang
mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat
menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara
mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan
baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang
bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi
sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang
berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam
rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana
hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai
pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan
menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack
maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic
gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini
kehamilan blighted ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan
mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7
minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16
milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak,
adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted
ovum baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul
keluhan perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti
hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau
penyakit usus.
Sekitar 60% blighted
ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan
sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis
(diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta
faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted
ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena
kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka
tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase).
Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu
mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian
ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
Jumat,
hari bersejarah, menyedihkan, sekaligus agak lucu untuk dikenang
Setelah
diberi obat penghilang rasa sakit, saya pun bisa memejamkan mata, karena memang
mulasnya hilang, hanya pendarahan yang belum mau berhenti. Pukul 10.00 WIB
teman-teman mengajar saya pun datang menjenguk. Alhamdulillah saya merasa
sangat terhibur, karena canda tawa mereka. Namun ternyata Allah memang punya skenario
istimewa dengan hadirnya teman-teman saya ini. Pukul 11.30 ketika para lelaki
di sekitar rumah sudah berangkat shalat jumat, efek obat pudar, saya tak kuasa
menahan sakit, mulasnya datang dengan lebih dahsyat. Pendarahan semakin banyak.
Mama saya yang sedang momong adik yang baru 1 tahun kebingungan, tak
berpengalaman, tak tahu harus bagaimana. Untunglah masih ada teman-teman guru
di sisi saya. Alhasil merekalah yang luar biasa cekatan mengurus saya. Mencarikan
klinik terdekat, memesan taksi, sampai menggotong saya yang sudah tak bertenaga
ke depan gang, menuju taksi (gang rumah saya sempit, hanya muat 1 sepeda motor
saja). suami saya yang masih mengurus pengambilan karti di kantor BPJS, tak
bisa dihubungi, sedang shalat rupanya. Kalau diingat-ingat sekarang, jujur saya
geli sendiri, membayangkan diri saya merintih-rintih sambil digotong. Duh,
malunya!. (terimakasih tak terhingga
untuk rekan guruku tersayang… Bu Niar,
Bu Nur, Bu Sarah, Bu Hj. Dewi, Bu lia I love you All J)
Sesampainya
di klinik pukul 13.30, ternyata, oh ternyata dokter kandungannya belum hadir
karena masih menangani pasien. Saya baru bisa ditindak jam 15.30. saya pun
menunggu lagi, dengan menahan sakit yang luar biasa. Alhamdulillah karena
kelelahan Allah memberi saya kesempatan untuk ketiduran selama 90 menit. Jadi waktu menuggu yang menyakitkan
agak berkurang.
Jujur….
Sedari kecil saya amat takut dengan jarum suntik. Ketika tahu saya akan dikuret
pun, saya ketakutan, takut prosesnya akan menyakitkan. Ternyata segala rasa
cemas dan takut itu sudah tergilas habis oleh rasa sakit akibat kontraksi yang
saya alami. Yang ada di pikiran saya hanya satu. Bagaimanapun caranya ya
Allah.. tolong sudahi rasa mulas ini. Dibanding mulas yang menyiksa, suntik dan
tetek bengek lainnya ternyata hanya persoalan kecil saja. tak ada setitik kecil
rasa sakitnya bila dibandingkan.
Setelah
setengah jam yang menyiksa, dengan pendarahan yang terus-menerus (sensasinya
luarrrrrr biasa) dokter pun datang, saya dibius dan dimulailah prosedur kuret. Karena
bius total, saya tak merasakan apapun. Tahu-tahu saya bangun tidur dan
semuanya sudah selesai. Mulas sudah tak terasa, pendarahan sUdah berhenti
keluar. Hanya sisa sisa sedikit saja. saya masuk ruang perawatan,
bersih-bersih, ganti baju dan dirawat
hanya 1 malam saja. sabtu pagi sudah boleh pulang. Alhamdulillah
Tahukah
kawan, bagi seorang perempuan yang mengalami keguguran, bukan rasa mulas atau
sakitnya yang paling menghancurkan. Tapi rasa kehilangan yang
paling terasa menyakitkan. Pasti ada pertanyaan-pertanyaan negatif yang
menghantui tentang Kenapa saya harus mengalami ini?. Saya pun sama, beberapa
hari kondisi mental saya drop, menangisi sisa-sisa janin saya yang sudah
terkubur, merasa bersalah karena tak bisa menjaganya dengan baik. Apalagi jika
ada teman, tetangga atau kerabat yang kembali menanyakan kronologi kejadiannya,
atau menanyakan kabar dan tiba-tiba berkata “kamu sih, lagi hamil bukannya
di jaga! Malah sembarangan”. Duh!, nyeri rasanya hati ini.
Tapi
Alhamdulillah seperti kata pepatah, biarlah waktu yang membasuh segala luka (hmmm),
pelan-pelan saya bisa move on. Dan saya pun sudah bertekad tak ingin
lama-lama tenggelam dalam kesedihan. Setelah sedihnya reda, ternyata banyaak
hikmah dan pelajaran yang ada dibalik semua kesedihan itu. Kami sebagai calon
orang tua lebih siap baik secara financial, mental, maupun informasi dengan
berbagai hal tentang kehamilan, dan suami pun jadi jauuuh lebih perhatian dan care
katika saya mengandung kembali. J